JAKARTA – Program haji mujamalah atau haji furoda memang menawarkan berbagai layanan dan fasilitas mewah. Berbagai kemudahan dan kenyamanan didapat jamaah haji mujamalah, dimulai dari keberangkatan tanpa antrean hingga pelayanan selama di Tanah Suci. Berbanding terbalik dengan haji regular, yang keberangkatannya saja butuh Waktu hingga puluhan tahun dan fasilitasnya pun sangat terbatas.
Melalui jalur haji mujamalah, jamaah memang bisa berangkat haji tanpa melalui sistem kuota pemerintah yang memiliki waktu tunggu lama. Jamaah yang memilih haji mujamalah umumnya mendapatkan layanan lebih baik, mulai dari akomodasi hotel berbintang, transportasi nyaman, hingga fasilitas yang memudahkan ibadah.
Sementara itu, jamaah haji reguler harus menghadapi perjalanan yang lebih panjang, fasilitas yang terbatas, serta kondisi yang lebih menantang. Hal inilah yang membuat sebagian orang berpikir bahwa haji reguler memiliki nilai ibadah lebih tinggi karena perjuangan yang lebih besar.
Kondisi itu membuat banyak orang bertanya-tanya apakah pahala haji mujamalah sama dengan haji reguler. Apakah kenyamanan dalam perjalanan haji bisa mengurangi pahala yang diterima, atau yang menentukan pahala adalah niat dan keikhlasan? Pertanyaan ini sering muncul di kalangan calon jemaah Ketika membandingkan haji regular dengan haji mujamalah
Dalam Islam, pahala ibadah sangat bergantung pada niat dan keikhlasan seseorang dalam menjalankannya. Haji mujamalah adalah bentuk ibadah yang sah menurut syariat, sama seperti haji reguler. Kenyamanan yang diperoleh dalam perjalanan tidak serta-merta mengurangi nilai ibadah seseorang.
Pahala Haji Mujamalah atau Reguler Tergantung Niat dan Keikhlasan Ibadahnya
Hal terpenting adalah bagaimana seseorang menjalani ibadah haji dengan penuh kesadaran, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah. Jika jamaah yang menunaikan haji mujamalah tetap menjaga kekhusyukan dan menjalankan semua rukun serta wajib haji dengan baik, insyaAllah pahala tetap besar di sisi Allah.
Masih dalam Islam, setiap kesulitan yang dialami dalam beribadah bisa menjadi penghapus dosa dan menambah pahala. Dalam konteks ini, jamaah haji reguler yang mengalami lebih banyak tantangan, seperti berdesakan saat lempar jumrah, jalan kaki lebih jauh, atau menunggu lama di berbagai titik perjalanan, mungkin merasakan pengalaman yang lebih mendalam. Namun, ini bukan berarti haji mujamalah tidak memiliki nilai yang sama. Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda, dan Allah Maha Mengetahui kadar ibadah dan pengorbanan masing-masing hamba-Nya.
Haji mujamalah adalah pilihan yang sah dalam Islam, dan tidak ada ketentuan bahwa seseorang harus mengalami kesulitan berat untuk mendapatkan pahala haji yang sempurna. Terpenting adalah niat yang tulus, menjalankan semua rukun haji dengan baik, dan menghindari hal-hal yang dapat merusak kesempurnaan ibadah. Baik haji mujamalah maupun haji reguler, keduanya memiliki nilai yang besar jika dilakukan dengan penuh kesungguhan dan ketakwaan.
Karena itulah, pahala haji tidak diukur dari fasilitas yang digunakan, melainkan dari niat, keikhlasan, dan bagaimana seseorang menjalani ibadah tersebut. Setiap orang memiliki perjalanan spiritualnya sendiri, dan yang terpenting adalah bagaimana mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah haji yang dijalankan dengan sepenuh hati. InsyaAllah kita semua mendapatkan haji yang maqbul dan mabrur.