
JAKARTA – Visa mujamalah adalah salah satu jalur haji yang mungkin masih bikin penasaran banyak orang. Saat antrean haji reguler makin panjang sampai puluhan tahun, visa mujamalah adalah angin segar buat mereka yang ingin berangkat lebih cepat. Namun, meskipun terdengar seperti jalan pintas, tetap saja ada teka-teki besar, yaitu soal kuota.
Apa benar dan kenapa setiap tahun jumlah kuota visa mujamalah tidak pernah pasti? Padahal, peminatnya terus bertambah. Sebenarnya, fluktuasi visa mujamalah adalah hal yang sudah biasa terjadi, dan kalau ditelusuri lebih dalam, faktor politik serta hubungan diplomatik punya andil besar di balik semua itu.
Sejak dulu, visa mujamalah adalah hak prerogatif Kerajaan Arab Saudi. Artinya, jumlah yang diberikan ke tiap negara, termasuk Indonesia, bergantung pada kebijakan kerajaan. Kadang bisa banyak, kadang bisa sangat sedikit, bahkan dalam beberapa tahun tertentu hampir tidak ada sama sekali. Situasi ini bikin banyak orang bertanya-tanya, kenapa tidak ada kepastian kuota tiap tahun? Jawabannya ternyata enggak simpel, lebih rumit karena menyangkut urusan diplomasi dua negara.
Kalau melihat pola yang ada, visa mujamalah adalah bagian dari diplomasi kehormatan. Siapa yang mendapatkan visa ini biasanya adalah orang-orang penting, tokoh masyarakat, pejabat, atau mereka yang mendapat rekomendasi khusus. Jadi, kalau hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi sedang hangat, biasanya kuota visa mujamalah bisa lebih longgar. Inilah kenapa fluktuasi visa mujamalah hal yang enggak bisa ditebak, apalagi cuma mengandalkan prediksi tanpa memahami kondisi politik global.
Visa Mujamalah adalah Hak Prerogatif Kerajaan Arab Saudi
Selain faktor hubungan bilateral, kondisi internal Arab Saudi juga ikut berpengaruh. Visa mujamalah adalah bagian kecil dari keseluruhan skema penyelenggaraan haji. Jadi ketika mereka punya kebijakan khusus, misalnya pembatasan jumlah jamaah karena renovasi area Masjidil Haram atau alasan keamanan, otomatis kuota visa mujamalah bisa dikurangi. Ini wajar terjadi karena prioritas utama tentu diberikan ke visa haji reguler yang jumlahnya sudah diatur ketat.
Bukan cuma itu saja, perubahan kepemimpinan juga kadang membawa angin baru dalam urusan pembagian visa ini. Apa yang berlaku tahun lalu bisa saja berbeda total di tahun berikutnya. Lagi-lagi, visa mujamalah adalah alat fleksibel yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan politik kerajaan kapan saja. Jadi wajar kalau banyak yang bilang, berharap kuota pasti untuk visa ini sama saja seperti menunggu keberuntungan.
Pada akhirnya, meskipun visa mujamalah adalah pilihan cepat untuk berangkat haji, tetap ada banyak faktor tak terlihat yang menentukan nasibnya. Mulai dari politik, diplomasi, hingga keputusan sepihak dari kerajaan. Maka, sebelum terlalu berharap, sebaiknya pahami dulu bahwa ketidakpastian adalah bagian dari perjalanan visa ini. Selalu siapkan hati, karena di balik kemudahan yang ditawarkan, ada dinamika besar yang nggak bisa dikendalikan siapa pun